Penulis Hebat, Pasti Banyak Baca

[IMG:penulis-hebat-pasti-banyak-baca.jpeg]

Menjadi penulis dan wartawan hebat, awalnya sederhana saja syaratnya. Tak lain adalah mau banyak membaca. Karena, "Penulis yang baik akan memiliki kosa kata yang mumpuni sebagai dampak dari aktivitas membaca yang ia lakukan," ujar Daru Priambodo, Pemimpin Redaksi Tempo.Co di depan 230 mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU), di kampus USU Medan, Kamis (22/05/2014). Daru berbicara dalam forum SPS Goes to Campus (SGtC) yang dihelat Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat melalui unit program Young Readers Indonesia (YRI).

SGtC di kampus USU merupakan serial keempat dari rangkaian penyelenggaraan SGtC tahun ini. Sebelumnya acara serupa digelar di Universitas Brawijaya Malang (28/03/2014), Universitas Kristen Petra Surabaya (08/05/2014), dan Universitas Hasanuddin Makassar (14/05/2014).

Daru juga menceritakan sisi psikologis seorang wartawan. "Kepuasan seorang wartawan itu manakala tulisannya dimuat, lalu dibaca banyak orang, dan mampu membawa perubahan bagi banyak orang (publik)," kisahnya dengan serius namun santai.

Tampil bersamanya, War Djamil, Sekretaris Redaksi Harian Analisa Medan, menuturkan aspek bisnis sebuah media. Menurutnya, media sangat membutuhkan pemasukan dari iklan. "Karena iklan adalah urat nadi semua media agar media bisa eksis dan berkembang bisnisnya," tuturnya.

Sesi talk-show yang menampilkan dua pembicara itu dikemas dengan tema besar "Buka Mata Mari Bekerja di Media". Paparan Daru dan Djamil, rupanya membakar semangat peserta yang tertarik ingin bekerja di media. Belasan peserta pun silih berganti merespons paparan dua narasumber tersebut. Hingga tak terasa sesi pun selesai pukul 12.00 wib, tepat tiga jam dari awal dibuka pukul 09.000 wib.

Siang harinya, mulai pukul 13.00 - 16.00 wib, SGtC di kampus USU menghadirkan kegiatan workshop manajemen pers mahasiswa. Sekitar 40 aktivis pers mahasiswa di kampus USU antusias mengikuti kelas workshop yang menampilkan Dedy Syahputra, Redaktur Pelaksana Harian Waspada Medan, sebagai narasumber.

Dalam salah satu ujarannya, Dedy mengatakan, "Pers mahasiswa dan civitas akademia di kampus adalah miniatur pers yang sebenarnya dengan pemerintahan." Ia hendak menganalogikan, bahwa pers mahasiswa pun semestinya tetap kritis terhadap civitas akademika kampus, yang notabene merepresentasi sebuah "pemerintahan". Sama seperti pers komersial yang harus kritis mengawal jalannya pemerintahan yang ada. *** (ike/asw)